Langsung ke konten utama

Ssssstttt.... Jangan Mengkritik, Saru !!!








“Desa Wisata
Dalan – bolong – jero
Aspale dibadok Tikus Berdasi”


Terlihat sebuah baliho bekas terpasang diantara pohon mahoni di jalan antara Sumber rahayu – Pakis, Kendal. Bukan tanpa alasan, memang dibawah baliho tersebut kondisi jalan yang menanjak serta menikung tajam itu memang rusak parah. Padahal jalanan tersebut merupakan penghubung antara Kab. Semarang dan kab. Kendal. Entah jalan tersebut masuk ke jalan Desa, Kecamatan, Propinsi atau Nasional, tapi yang terpenting jalan tersebut sering dilalui sebagai jalan alternatif dari kota Semarang menuju  ke desa-desa terluar dari kab. Kendal ataupun ke Bandungan *eh  Kab. Semarang maksudnya, heuheu
Salah satu bentuk penyampaian aspirasi ini merupakan paling berani dari yang pernah saya temui. Sebelumnya bentuk protes dari warga untuk masalah serupa contohnya seperti menanam pohon pisang di tengah jalan atau melepaskan benih ikan di tengah jalan yang berlubang (yang biasanya diliput oleh media). Ya mungkin fenomena ini sangat tidak menarik bagi media, atau bahkan media menganggap aksi ini sama dengan demonstrasi yang ada di jalanan yang kurang menarik bagi mereka (karena ehmmm ya gitu lah). Tetapi bgai saya ini merupakan suatu keberanian dari masyarakat sekitar. “ Lho kok bisa?”. Huft.... sini duduk tak critani.
Isi baliho yang jika di terjemahkan begini isinya “ Desa Wisata , Jalan Berlubang Dalam, Aspalnya dimakan Tikus Berdasi”. Tuh kan nyekit?? Heuheu. Bagaimana tidak? Ketika kita tinggal di lingkungan kampung, apalagi kampung yang masih sangat memegang teguh adat istiadat dan kebersamaan antar warga kampung pasti masih ada rasa ewuh pekewuh untuk menyampaikan aspirasi. “lho ... lha ubungane???”.
Hmmm, begini lho. Untuk mengkritik perangkat desa atau birokrat setempat pasti merupakan suatu hal yang berat dilakukan oleh masyarakat. Bagaimana tidak? Lha wong Perangkat desa yang dikritik itu bisa jadi  tetangganya sendiri kok, atau mungkin malah kerabat sendiri *eh. Pasti akan ada rasa ewuh untuk menyatakan pendapat, soalnya takut dianggap vis a vis / frontal / ra nduwe adat / ra nyedulur / separatis / makar (walah lebay, kadohan cukk). Sederhananya nanti si “kritikus” dianggap saru.  Hah saru??? Ya iya lah. “Mosok tonggone dewe / sedulure dw mok arani tikus berdasi? Emange kerabatmu, simbah-simbahmu iku tikus???”  heuheu
Intinya penyampaian aspirasi macam ini merupakan jalan akhir dari warga, mengingat banyaknya forum warga dimana si “aspirator” bisa menyampaikan pendapatnya. Tetapi jika  sudah begini berarti kan sudah tidak ada jalan keluar dari masalah ini sehingga warga nekat memasang baliho saru macam ini (tetapi sebenarnya tak ada yang salah dalam menyampaikan pendapat sih karena ini masih dalam batas wajar). Bukan apa-apa, tetapi biasanya jika ketahuan siapa yang memasang baliho berisi kritik ini bisa-bisa ia menerima sanksi sosial dari orang yang “ngerasa” di kritik. Entah nanti tak disapa ketika mau berangkat ngarit (merumput), atau gak diundang ketika ada gendurenan. Huheu, parah kan?

Tapi hal ini patut menjadi perhatian kita bersama, bahwa tak hanya terjadi di tingkat nasional sanya, ternyata di tingkat terendah saja sudah ada penyakit akut. Ya, apalagi kalau bukan korupsi? Apa yang harus dilakukan lagi jika kampanye anti korupsi sudah digencarkan, pendidikan anti korupsi sudah diterapkan, undang-undang anti korupsi pun sudah disahkan. Tapi ya masih begini-begini saja. Semakin eneg saja sama negeri ini (ini hanya akting, karena penulis tidak punya kata-kata lain untuk mengekspresikan perasaan. Penulis juja tak punya niatan untuk pindah di negara lain karena uang saja juga tak punya). Huft, entahlah.... semakin lucu saja negri ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEDIA BK SEKOLAH : MENEJEMEN BERBASIS PLANNING, ORGANIZING, ACTUATING, CONTROLLING, DAN EVALUATING

MENEJEMEN BERBASIS PLANNING, ORGANIZING, ACTUATING, CONTROLLING, DAN EVALUATING BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, Prayitno (1997:35-36) mengatakan bahwa pemberian pelayanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok. Guru Sekolah harus melaksanakan ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Suatu sistem layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak memiliki sistem manajemen yang bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Pelayanan bimbingan dan konseling hendaknya dilakukan oleh tenaga professional serta didasari dengan program yang terencana dan terara...

Grand Design PELATIHAN KADER DASAR PMII SUNAN KUDUS

Grand Design PKD KOMISARIAT SUNAN KUDUS 1.       Landasan Epistemologis a.       Memperkuat Intelektualitas dan loyalitas anggota b.       Membentuk pemikiran kritis transformatif c.        Membentuk mentalitas kader yang tangguh dan survive d.       Menciptakan kader militan dan solidaritas 2.       Target Kualitatif a.       intelektualitas b.       Loyalitas c.        Kritis Tranformatif d.       Solidaritas e.       Militansi f.         Mentalitas yang tangguh dan survive 3.       Target Kontruksi Berfikir a.       Berfikir idealis b.       Be...

FILSAFAT SEJARAH

FILSAFAT SEJARAH Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Filsafat Dosen Pengampu: Mas’udi, S.fiil.I.,M.A.                                    Disusun oleh: AHMAD MAHMUD ALFRAIZY NIM : 1340110025                                                                        SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS JURUSAN DAKWAH & KOMUNIKASI / BKI (A) TAHUN 2013/2014 A.   ...