Langsung ke konten utama

Merindukan Romantisme Makan Senampan



                 Tulisan ini saya buat setelah ada penyesalan amat dalam setelah menyesap secangkir kopi di tempat yang agak ng’elit’. Bagaimana tidak? ternyata harga yang harus saya bayar setara dengan harga lawuh yang biasanya tak buat beli lawuh yang cukup untuk makan bersama 2-3 sahabat saya.  Tapi gimana lagi, wong wedang wes diombe mosok meh dilepehke meneh basan ngerti regane? Kan tidak begitu to bat?
Budaya nongkrong di kucingan memang sudah menjadi kebiasaan bagi mahasiswa berkantong kurus macam saya. Tapi kalau dilihat lihat, setiap malam bertemu dan berkumpul dengan sahabat-sahabat dan kawan di kucingan atau tempat ngopi yang agak elit (walaupun harganya gak begitu melangit) kok bisa bikin jatah bulanan cepat habis ya. Hmmm, kok bisa? Padahal kan harganya gak mahal-mahal amat, masih aman lah.
Memang sih, tapi kalau dihitung-hitung.... sekali nongkrong pasti habis es atau kopi segelas, belum sate, belum gorengan, belum lagi nasi (kalo yang lupa belum makan malam), belum lagi udud, dan gak lengkap rasanya kalo ngobrol gak sambil makan kletikan... tuh kan jadi khilaf. Jika dihitung-hitung, paling nggak sekali nongkrong habis 15 ribu. Itu kalu di angkringan biasa, lha kalo pisan-pisan pengen nongkrong di warung kopi bergaya vintage atau classy kan ya harganya lebih mahal dikit. Palig nggak ya 8K untuk secangkir kopi. Belum pritilan-pritilan yang lainnya.
 sempat membandingkan jika unang tersebut dibelanjakan di warung Pak Gilo-Gilo yang ada di daerah Tanjung Sari. Uang untuk membayar secangkir kopi di warung kopi bergaya klasik bisa dibelikan empat bungkus es teh. Empat bungkus lho bat... empat..... ya memang berbeda sih esensi ‘ngopi’ jika hanya dibandingkan dengan kuantitas minuman yang kita dapatkan.
Tapi pernah gak kita mikir biar uang segitu bisa maslahah? Layaknya akal-akalan kita diakhir bulan yang gak bisa (katakanlah) makan. Kan bisa dari situ kita mengembalikan keakraban kita dulu dengan budaya makan senampan. Kayak gini nih contohnya. “eh bro, koe sing masak sego yo, aku tak tuku lawuh.... kene koe meh tumpukan piro???” lalu berunding sebentar untuk membagi tugas dan masing-masing ngerjain bagiannya. Tak butuh waktu lama nasi di mejikom sudah matang dan lawuh pun sudah datang, tinggal saat yang ditunggu-tunggu yaitu makan besar. Wkwkwk, syahdu ya? Setelah itu kita sambung dengan diskusi atu sekedar epleh-epleh sambil ngondo koncone dewe dan membentuk Jama’ah Rasan-Rasan.
Kegelisahan seperti ini mungkin hanya muncul saat-saat tertentu seperti ini ketika uang bulanan mulai menipis (sehingga secara otomatis menyadari pengeluaran yang ternyata jor-joran). Tetapi hahekatnya, budaya nongkrong tiap malam perlu dikurangi. Karena secara tidak sadar budaya warga pergerakan yang diajarkan untuk bertahan di kesederhanaan dan ketidakmapanan semakin lama semakin tergerus.  Kesederhanaan dan nilai kebersamaan yang diajarkan dalam senampan nasi untuk dimakan bersama tak boleh hilang begitu saja. Karena darisitu lah nilai-nilai kePMIIan mulai ditularkan. So, ayolah bat.... kita bangun lagi romantisme pergerakan kita dulu yang kita dirikan diatas kesederhanaan dan keprihatinan. Kita sudah terlalu sering pergi keluar hanya untuk bercengkrama sambil menikmati kopi sehingga lupa bersih-bersih sarang laba-laba dan pulang kerumah sendiri *eh.


*Sekedar tulisan satir untuk mengurangi gelisah
*Siapa tau bisa nulis bagus dan bikin blog kece macam mojok.co yang mau tutup

createv : zulfa anisah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEDIA BK SEKOLAH : MENEJEMEN BERBASIS PLANNING, ORGANIZING, ACTUATING, CONTROLLING, DAN EVALUATING

MENEJEMEN BERBASIS PLANNING, ORGANIZING, ACTUATING, CONTROLLING, DAN EVALUATING BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, Prayitno (1997:35-36) mengatakan bahwa pemberian pelayanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok. Guru Sekolah harus melaksanakan ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Suatu sistem layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak memiliki sistem manajemen yang bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Pelayanan bimbingan dan konseling hendaknya dilakukan oleh tenaga professional serta didasari dengan program yang terencana dan terara...

Grand Design PELATIHAN KADER DASAR PMII SUNAN KUDUS

Grand Design PKD KOMISARIAT SUNAN KUDUS 1.       Landasan Epistemologis a.       Memperkuat Intelektualitas dan loyalitas anggota b.       Membentuk pemikiran kritis transformatif c.        Membentuk mentalitas kader yang tangguh dan survive d.       Menciptakan kader militan dan solidaritas 2.       Target Kualitatif a.       intelektualitas b.       Loyalitas c.        Kritis Tranformatif d.       Solidaritas e.       Militansi f.         Mentalitas yang tangguh dan survive 3.       Target Kontruksi Berfikir a.       Berfikir idealis b.       Be...

FILSAFAT SEJARAH

FILSAFAT SEJARAH Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Filsafat Dosen Pengampu: Mas’udi, S.fiil.I.,M.A.                                    Disusun oleh: AHMAD MAHMUD ALFRAIZY NIM : 1340110025                                                                        SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS JURUSAN DAKWAH & KOMUNIKASI / BKI (A) TAHUN 2013/2014 A.   ...