“ MEMBUMIKAN GERAKAN MAHASISWA BERKARAKTER
NASIONALIS, ISLAMI DAN TRANSFORMATIF”
Dunia mahasiswa adalah
dunia yang penuh disaluti dengan sifat romantis dan konflik. Dibalik tugas mahasiswa menelaah keilmuan, juga aktivitas di luar kampus, mahasiswa akan
membuktikan tahap kematangan dan kedewasaan mahasiswa dalam wacana intelektual,
nasib dan isu kemasyarakatan, politik, kesenian, kebudayaan, keagamaan,
bermuamalat dan berekonomi ataupun mahasiswa lebih selesai dengan dunia remaja
yang khayali pro negatif sementara menunggu dunia kiamat. Mahasiswa progresif
adalah mahasiswa yang aktif, penggerak dan penerus panji-panji tenaga, ide
aktivitis kampus, dan
prihatin terhadap persekitaran masyarakat dalam aspek politik, ekonomi dan
sosial baik peringkat Nasional atau Internasional. Ujaran dari pada Dato Seri [dulunya saudara] Anwar
Ibrahim yang dianggap idola gerakan pelajar diatas memberi satu gambaran betapa
besar resikonya menjadi
mahasiswa progresif yang ‘radikal’ dalam politik. Resiko inilah yang diambil oleh mahasiswa
progresif dan sukar untuk diterima oleh mahasiswa pasif.
“Rekontruksi Gerakan”
dalam hubungannya dengan organisasi kemahasiswaan merupakan upaya sadar untuk
membina dan mengembangkan potensi intelektualitas dan kreatifitas diri dalam
rangka mempersiapkan diri sebagai mahasiswa yang professional serta sebagai
bentuk wadah persatuan dan kebersamaan mahasiswa di seluruh Indonesia sebagai
generasi penerus bangsa yang akan meneruskan estafet perjuangan bangsa dalam memberikan
sumbangsih dalam menyikapi dinamika
bangsa.
Panggung pergerakan merupakan medan utama mahasiswa dalam menancapkan api
perjuangan di Nusantara. Sejak dirangkai oleh visi kemerdekaan, dunia pemuda
dan mahasiswa tidak hanya jadi penonton “hitam putihnya Indonesia” yang baru
lepas dari belenggu kolonialisme. Hasrat yang kuat untuk membangun bangsa yang berkeadilan tanpa diskriminasi
dan berperadaban adalah isu utama kebangsaan yang diusung oleh mahasiswa.
Sejarah mencatat, gerakan mahasiswa awal yang dipelopori oleh sekelompok
mahasiswa STOVIA yang mendeklarasikan dirinya sebagai kelompok Budi Utomo (20
Mei 1908) mampu memelopori perlawanan terhadap kungkungan kolonialisme terhadap
bangsa. Mahasiswa pada saat itu mampu mengejawantahkan dirinya sebagai Agent of Change yang terus bergeliat mencari makna ke arah perubahan yang lebih
baik.
Wacana-wacana perubahan memang senantiasa menjadi topik utama dalam setiap periode
pergerakan. Pergerakan mahasiswa selama ini hanya sebatas dalam wacana saja, bahkan dalam perubahan untuk
menuju pergerakan yang lebih baik tanpa didasari dari diri sendiri sehingga pergerakan mahasiswa selama ini hanya bersifat
monoton saja tidak ada mode
baru seiring zaman yang berjalan. Menanggapi dinamika tersebut al-Qur’an sudah sangat jelas menjelaskan bagaimana cara untuk merubah Bangsa. Namun, hanya sedikit dari wacana
perubahan tersebut yang mampu diwujudkan menjadi sebuah realitas sosial. Ini pun juga
wacana pergerakan hanyalah menjadi wacana murahan saja ketika tidak di ikuti
dengan strategi untuk mendobrak kejenuhan yang saat ini sedang terjadi. Akan tetapi hal
itu bukanlah persoalan yang mudah. Dan satu hal yang perlu diingat bahwa
perubahan tidaklah mungkin tanpa di dahului dengan pergerakan dari diri pribadi. Sejarah telah membuktikan bahwa pergerakan senantiasa
dimulai dari rakyat (dari bawah atau dari diri sendiri), bukan elit penguasa,
maka disini di butuhkan sebuah metode baru dalam membangun
jiwa progresifiitas untuk
merenkontruksi sebuah gerakan. "Rekonstruksi" gerakan bukan hanya di bangun dari sisi
kuantitas banyaknya massa yang terlibat, namun lebih dari sekedar itu. Bahwa rekontruksi gerakan disusun oleh
konsintensi kita dalam membawa serta memasarkan isu-isu perubahan yang saat ini
mulai membias. Terahir perlu saya sampaikan bahwa kondisi kita belum telalu
aman dan sampai kapan pun ketika jantung ini masih berdenyut maka pergerakan adalah sebuah keniscayan, pergerakan untuk perubahan hanya berhenti ketika
masing-masing kita di panggil untuk kembali ke sebuah istana keabadian. Dalam
kesempatan yang penting kita sebagai mahasiswa yang masih
mempunyai jiwa pergerakan ingin mengajak kepada Mahasiswa baru agar nantinya mampu untuk menjadi motor penggerak
dalam proses perubahan bangsa dan Negara. Oleh sebab itu mencari
pemuda/mahasiswa yang mempunyai jiwa akan pergerakan dan mengerti akan manfaat sebuah nilai pergerakan yang di bangun terutama pergerakan yang ada yang nantinya mampu memberikan sumbangsih
bagi masyarakat, bangsa, dan
Negara.
catatan pasca OPAK STAIN Kudus 2014 (ahmad mahmud alfarizy
)
Komentar
Posting Komentar