Langsung ke konten utama

Mahasiswa antara Individu dan Masyarakat








Mahasiswa antara Individu dan Masyarakat



Pendahuluan

Jika mahasiswa ditanya akan dirinya, secara jelas dan sebagian besar dari mahasiswa akan mengatakan bahwa dirinya adalah insan yang memiliki kualifikasi keilmuan yang memadai, individu yang logis, ilmiah, terpelajar, merasa lebih tahu dari pada masyaraka kelas non ilmiah. Begitupun adanya, ketika mahasiswa ditanya tentang perannya terhadap dunia luas, atau masyarakat luas, secara teoritis ia juga akan menjawab bahwa telah banyak perubahan sosial yang dimotori dan dikawal oleh masyarakat. Kita ambil sebuah contoh dan misal yang tidak begitu jauh dari kehidupan kita. Rezim orde baru yang sarat dengan otoritas penguasa yang sangat kuat, terjungkal oleh gerakan reformasi yang menggelegar membahana dengan teriakan dan aksi yang digalang oleh mahasiswa.
Permisalan tadi, memang tidak begitu salah, kalau bukan tidak juga terlalu benar. Semuanya wajar-wajar saja. Akan tetapi penting bagi kita untuk mengkonstruksi ulang apa yang kita rasakan secara realitas maupun apa yang seharusnya dilakukan secara idealitas  melalui pintu epistemologis agar menemukan  nilai objektifitas. Nilai objektivitas dapat dibangun antara perasaan dan pengalaman setiap individu, setelah mendapatkan pernyataan, penerimaan, bahkan persamaan perasaan dan pengalaman individu yang lainnya.
Mahasiswa dalam hal ini sebagai manusia tidak dapat terlepas dari dua sisi kemanusiaannya, yaitu sikap individu dan sikap sosialnya. Sejalan dengan al-Quran yang menjelaskan nilai bersikap; bersikap hablun min allah dan hablun min an-nas. Hablum minallah secara teologis adalah pengejawantahan dari bersikap secara indivudual. Beribadah adalah urusan dari setiap individu dengan tuhan yang diyakininya. Pelaksanaan setiap ibadah kita, hanya kita yang mengetahui nilai kualitas dan kuantitasnya. Tidak ada kewajiabn dan keharusan orang lain untuk mengetahui berapa kali kita berdoa dalam sehari, bagaimana cara anda berdoa tidak penting saudara anda mengetahuinya. Bahkan keimanan anda tidak boleh ada interfensi orang lain untuk menentukan salah satu agama untuk anda yakini. Semua diserahkan pada individu masing-masing. Anda mau shalat atau tidak, itu urusan anda dengan tuhan anda
Akan tetapi ada yang lebih berat dalam bersikap-sikap individual-.  Sikap sosial –hablun min an-nas-seakan lebih terasa hukumannya ketimbang sikap yang hablun min allah. Bayangkan, jika anda menyakiti  salah satu anggota masyarakat, atau anda melanggar hukum yang berada pada salah satu kelompok masyarakat. Anda akan dihukum secara langsung oleh masyarakat. Misalnya, anda datang ke salah satu daerah, Salatiga. Daerah Salatiga ini memiliki keunikan-keunikan yang sudah menjadi hukum bersama; makanan khasnya, karakter masyarakatnya yang sopan, tutur kata yang lembut, dan banyak keunikan lainnya. Jika anda melanggar satu dari beberapa ‘keunukan’ yang menjadi hukum masyarakat tersebut niscaya anda akan mendapat sangsi sosial yang diberikan oleh masyarakat Salatiga.

Pembahasan

Mahasiswa Sadar Sosial

Sekilas dari paparan diatas, saya bermaksud membawa anda untuk belajar menelisik dan mengutak-atik masyarakat, karena masyarakat memang harus dipahami karena keunikan-keunikannya, dengan karakter-karakter masyarakat yang unik tadi, tidak dipungkiri sering terdapat problematika dan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat. Solusi harus sesegera mungkin ditemukan setelah kita mengetahui problematika dan persoalan yang ada. Maka analisis sosial atau analisis kemasyarakatan penting dilakukan. Istilah analisis sosial diartikan secara sederhana sebuah usaha yang dimaksudkan untuk menganalisis suatu keadaan atau masalah dan problematika sosial secara benar, terlepas siapa dan apa yang akan dilakukannya. Analisis sosial memiliki nilai utama, yaitu untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dari situasi masyarakat

Analisis sosial dan langka-langkahnya
Sebagai sebuah metodologi, ada beberapa kemungkinan skema atau pola yang dapat dilakukan untuk menganalisis sosial. Berikut adalah salah satu yang dapat diterapkan, meliputi: perubahan-deskripsi-analisis-dan kesimpulan.
Langkah - Langkah
Memilih dan menentukan sasaran analisis. Pilihan itu harus didasari oleh alasan-alasan yang masuk akal. Masing-masing peserta kelompok mengungkapkan dan mempertanggungjawabkan pendirian pribadi. Dengan kata lain, premis-premis nilai mereka yang hendak menjadi landasan dan tolak ukur sementara dalam usaha menganalisis sasaran yang sudah dipilih. Langkah ini lebih merupakan tukar pikiran (sharing) daripada diskusi dan mengadaikan keterbukaan untuk koreksi atau pengembangan pendirian itu. Deskripsinya; Mengumpulkan fakta dan data dalam segala bentuk (a.l. pengalaman, informasi lisan, statistik, laporan, angket kecil, observasi, guntingan koran) yang masih bersifat agak kebetulan dan kurang teratur (brainstorming). Dengan demikian dapat diperoleh sekedar deskripsi masalah yang hendaknya tidak dicampuradukkan dengan penilaian pribadi.
Mengelompokkan fakta dan data tersebut secara pragmatis ke dalam tiga kolom bidang kehidupan masyarakat, yaitu: (a) politik, (b) ekonomi dan (c) sosio-budaya. Pengelompokan ini dapat saja ditambah dengan kolom bidang kehidupan masyarakat lainnya. Fakta dan data dalam masing-masing kolom itu dirangkum secara sistematis per kolom ke dalam kira-kira 10 rumusan pokok yang mengungkapkan suatu masalah, hubungan sebab akibat, dst. Secara singkat, mengena dan padat; jadi jangan terlalu umum atau terlalu khusus. Seringkali satu atau dua kata kunci (antar kurung bisa ditambah beberapa kata konkretisasi) sudah memadai dan paling mudah untuk kerja kelompok selanjutnya. Sekedar contoh: birokrasi (berbelit-belit, simpang siur, kaku, sewenang-wenang); jurang kaya-miksin melebar (kemewahan, pemborosan, pendapatan).
Memberikan bobot terhadap rumusan-rumusan pokok di dalam masing-masing kolom itu menurut mendesaknya (masalah besar) dan/atau pentingnya (faktor strategis) kenyataan yang diungkapkan oleh tiap-tiap rumusan. Langkah ini juga bisa ditempuh lewat pemberian nilai bobot secara kuantitatif (nilai 10 untuk rumusan terpenting, nilai 9 untuk urutan kedua, dst) oleh masing-masing peserta. Kemudian hasilnya dijumlahkan dan dibahas bersama sehingga kelompok masih bisa mengadakan perubahan secara mufakat. Pembobotan ini hendak berdasarkan pengetahuan, tetapi jelas juga mengandung nilai-nilai.
Proses Analisis dengan Perlunya dikemukakan pertanyaan secara terus-menerus terhadap bahan yang sudah disiapkan: Mengapa semua itu demikian? Apa sebab-musababnya yang lebih mendalam? Dengan perkataan lain, perlulah membongkar struktur-struktur dalam (vertical analysis) dari rumusan masalah dalam masing-masing kolom di atas (misalnya dengan menghubung-hubungkan mereka dengan anak-anak panah). Dalam hal ini, para peserta juga bisa bertitik tolak dari beberapa analitis (yang berguna pula untuk meninjau kembali hasil analisis), misalnya Politik;  Bagaimanakah pembagian kuasa? Siapa yang mengambil keputusan? Siapa yang tidak diikutsertakan? Siapa yang diuntungkan oleh keputusan-keputusan itu? Siapa yang dirugikan? Bagaimana cara dan proses pengambil keputusan? Golongan dan kelompok masyarakat manakah (baik formal maupun informal) yang mempunyai pengaruh politis?  Siapa yang memiliki dan mengawasi alat-alat kuasa (lembaga-lembaga hukum, polisi, tentara)? Pola organisasi dan wibawa (kuasa) manakah yang dianut? Dalam bentuk apa rakyat berpartisipasi dalam politik?  Apakah ada aliran-aliran politik yang berbeda-beda? Siapa memperjuangkan ideologi mana dan tujuan politik mana? Bagaimanakah hubungan antara negara dan agama-agama?
Analisis Ekonomi; Bagaimanakah produksi (organisasi, teknologi), perdagangan, pembagian dan konsumsi barang-barang dan jasa-jasa diatur? Sistem dan kebijaksanaan ekonomi manakah yang diandalkan? Bagaimanakah hubungan antara modal dan tenaga kerja? Siapa yang diuntungkan oleh tata dan kebijakan ekonomi itu? Siapa yang dirugikan? Apakah peranan uang, bunga uang, dsb? Siapa yang menguasai sumber-sumber daya alam? Bagaimanakah pembagian milik harta? Siapa yang mempunyai sarana-sarana produksi (tanah, modal, teknologi, pendidikan)? Adakah konsentrasi kuasa ekonomi? Apa akibat-akibat dari cara prduksi dan konsumsi bagi lingkungan hidup dan alam? Sejauhmana ada pengaruh-pengaruh ekonomi internasional?
Sementara analisis Sosio-budaya dapat digali melalui; Nilai-tradisi dan lambang manakah yang dianut dan diandalkan oleh masing-masing golongan masyarakat? Bagaimana semua itu tampak dalam bahasa sehari-hari?  Agama dan idelogi mempunyai pengaruh apa? Nilai, ideologi dan “mitos” manakah yang menentukan politik dan ekonomi? Manakah sikap-sikap dan harapan-harapan pokok yang terdapat dalam masyarakat? Hubungan-hubungan sosial manakah yang paling penting dalam masyarakat? Dalam struktur dan institusi sosial mana hubungan tersebut diwujudkan?  Apakah ada masalah-masalah sosial yang khusus?
 Mencari kesamaan dan perbedaan antara hubungan-hubungan dalam itu (cross analysis) dengan membandingkan hasil analisis vertikal dalam masing-masing kolom. Sehubungan dengan itu bisa ditanyakan a.l: Manakah ciri-ciri khas yang sama di semua bidang hidup masyarakat? Apakah yang akhirnya memapankan masyarakat seluruhnya itu? Adakah salah satu bidang atau segi yang sangat dominan? Apakah ada ketegangan atau pertentangan antara satu bidang dengan bidang lainnya?  Apakah terdapat gejala ke arah konflik dan masalah yang harus dihadapi di masa depan?  Segi historis: bagaimana semua itu terjadi? Masa depannya?
 Meninjau dimensi historis dari semua hasil analisis di atas, misalnya dengan bertanya: Bagaimana keadaan sekarang bisa diterangkan secara historis? Apakah ada periode, peristiwa-peristiwa dan saat-saat peralihan yang sangat penting? Apakah ada perubahan-perubahan besar dalam tahun-tahun terakhir ini? Apakah ada dinamika perkembangan tertentu dalam masing-masing bidang atau masyarakat keseluruhan? Ke arah masa depan tendensi apa saja yang terasa dan sudah tampak? Apa kiranya akan terjadi sepuluh tahun lagi kalau keadaan dewasa ini diteruskan saja dan tidak berubah? Apakah ada sumber-sumber daya cipta dan harapan?
Menyusun sekedar rangkuman hasil analisis, misalnya dengan merumuskan sejumlah tesis pokok (masing-masing 1-3 kalimat), yang merupakan semacam “hukum-hukum umum” (prinsip-prinsip yang dalam kenyataannya menentukan) di belakang keadaan atau masalah yang diselidiki. Tepat tidaknya tesis-tesis itu perlu ditinjau kembali terus menerus apakah sungguh berdasarkan dan sesuai dengan fakta dan data yang sudah dikumpulkan.
 Refleksi untuk Meninjau kembali dan menyoroti secara kritis premis-premis nilai yang diutarakan oleh para peserta kelompok dalam tahap kedua. Dalam hubungan ini perlu diperiksa dan dibahas bersama-sama, dengan memperhatikan hasil analisis, apakah nilai-nilai itu memang “berguna, berarti, masuk akal dan dapat diwujudkan”. Sebagai titik tolak dapat diajukan pertanyaan seperti misalnya: Bagaimana saya mengalami kenyataan yang dianalisis itu? Bagaimana saya mengartikan dan menilainya? Di mana tempat saya dalam kenyataan itu?
Berdasarkan refleksi itu, kelompok mencari kesepakatan tentang nilai dan tujuan konkret yang hendak dipegang dan diperjuangkan bersama-sama (usaha ini merupakan refleksi teologis kalau dijalankan berdasarkan iman).
Menarik beberapa kesimpulan tentang apa yang ingin dan bisa diusahakan secara perorangan atau bersama-sama. Seberapa konkret kesimpulan itu, memang sangat tergantung dari bentuk analisis yang diadakan, yaitu apakah pertama-tama sebagai latihan ataukah sebagai usaha nyata dari suatu kelompok yang hidup atau bekerja bersama. Dalam menyusun suatu kebijakan atau program kerja perlu diperhatikan “apa yang yang dapat dijangkau”, mengingat bermacam-macam halangan dan hambatan yang selalu ada. Perlu juga perencanaan dengan strategi yang hendak ditempuh, prioritas-prioritas serta operasionalisasi dari semua itu. Setelahnya perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui antara program dan capaian

Penutup

Pentingnya Analisis Sosial


Pada dasarnya semua realitas sosial dapat dianalisis, namun dalam konteks transformasi sosial, maka paling tidak objek analisa sosial harus relevan dengan target perubahan sosial yang direncanakan yang sesuai dengan visi atau misi organisasi. Secara umum objek sosial yang dapat di analisis antara lain; Masalah-masalah sosial; kemiskinan, pelacuran, pengangguran, kriminilitas. Sistem sosial; tradisi, usha kecil atau menengah, sitem pemerintahan, dan sitem pertanian. Lembaga-lembaga sosial; sekolah, layanan rumah sakit, lembaga pedesaan. Kebijakan public; dampak kebijakan BBM, dampak perlakuan sebuah UU. Sementara Analisis sosial berfungsi; Memotret atau mengetahui masalah berikut akar masalah yang melatarbelakanginya, untuk menemukan strategi perubahan sosial yang tepat dan kontekstual pada berabagai masalah yang berbeda


refresensi opak stain saltiga; Mukti Ali, M.Hum

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEDIA BK SEKOLAH : MENEJEMEN BERBASIS PLANNING, ORGANIZING, ACTUATING, CONTROLLING, DAN EVALUATING

MENEJEMEN BERBASIS PLANNING, ORGANIZING, ACTUATING, CONTROLLING, DAN EVALUATING BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, Prayitno (1997:35-36) mengatakan bahwa pemberian pelayanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok. Guru Sekolah harus melaksanakan ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Suatu sistem layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak memiliki sistem manajemen yang bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Pelayanan bimbingan dan konseling hendaknya dilakukan oleh tenaga professional serta didasari dengan program yang terencana dan terara...

Grand Design PELATIHAN KADER DASAR PMII SUNAN KUDUS

Grand Design PKD KOMISARIAT SUNAN KUDUS 1.       Landasan Epistemologis a.       Memperkuat Intelektualitas dan loyalitas anggota b.       Membentuk pemikiran kritis transformatif c.        Membentuk mentalitas kader yang tangguh dan survive d.       Menciptakan kader militan dan solidaritas 2.       Target Kualitatif a.       intelektualitas b.       Loyalitas c.        Kritis Tranformatif d.       Solidaritas e.       Militansi f.         Mentalitas yang tangguh dan survive 3.       Target Kontruksi Berfikir a.       Berfikir idealis b.       Be...

FILSAFAT SEJARAH

FILSAFAT SEJARAH Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Filsafat Dosen Pengampu: Mas’udi, S.fiil.I.,M.A.                                    Disusun oleh: AHMAD MAHMUD ALFRAIZY NIM : 1340110025                                                                        SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS JURUSAN DAKWAH & KOMUNIKASI / BKI (A) TAHUN 2013/2014 A.   ...