Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Senat Mahasiswa STAIN Kudus Adakan Publik Hearing

Gayeng News Portal Berita Jawa Tengah Home Berita Biografi Gagasan Pemuda Parpol Survey Breaking News: Pengemudi Go-jek dan Sopir Taksi Terlibat Kejar-kejaran Di Kawasan Stasiun Poncol Berita   March 13, 2017 Senat Mahasiswa STAIN Kudus Adakan Publik Hearing Posted By: gayengnews    0 Comment   Adakan ,  Hearing ,  Publik ,  Senat Mahasiswa ,  stain kudus 0 SHARES Share Tweet Kudus, gayengnews.com-  Mahasiswa STAIN Kudus yang tergabung dalam Senat Mahasiswa (SEMA) dan Organisasi Kemahasiswaan (OK) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus dengan tema “Munuju Organisasi Kemahasiswaan yang Progresif, Inovatif Secara Terprogram” Senin (13/3/2017) di Kampus STAIN Kudus. Dalam sambutannya, Muhammad Mahmud, Ketua Senat Mahasiswa (SEMA) STAIN Kudus menyatakan bahwa diskusi ini digelar untuk menyikapi Tata kelola Administrasi dan Peraturan Keorganisasian Kampus serta Sarana dan Prasana Ka

Ini Malam Minggu Toh, ??? Milih Keluar Apa Anteng.

" Mungkin terlalu  di  meainstream   kalangan kawula muda, mengidentikan malam minggu. bahkan pula ada yang sangat mendewakan karena sebuah lantaran yang tertentu " bagi saya tak semahal apa yang saudara/i lakukan terhadap malam minggu. dengan sekedar mengahabiskan waktu malam di sepertengah menjelang pagi di genggaman buget smartphone. entah itu saya prioritaskan buat pacar saya ataupun sekedar chatting ngalor-ngidul dengan sahabat-sahabat saya.sebernarnya ini bukan pesoalan saya anti dengan  malam minggu bahkan anti sosial yang trend keluar ala keluyuranya ABG. pikiran saya lebih kearah segi ekonomi yang sangat menguras pengeluaran, hehehe. menurut falsafah jawa diantara yang lebih baik " wong enom " (bahasa jawa; orang muda / perjaka) adalah berdiam diri dirumah kala malam minggu. secara empiris penelitian ini, sangat belum relevan di modernitas dewasa ini. entah apa yang menyebabkan falsafah dari leluhur kita. maaf bagi orang yang jawa sangat meme

Ssssstttt.... Jangan Mengkritik, Saru !!!

“Desa Wisata Dalan – bolong – jero Aspale dibadok Tikus Berdasi” Terlihat sebuah baliho bekas terpasang diantara pohon mahoni di jalan antara Sumber rahayu – Pakis, Kendal. Bukan tanpa alasan, memang dibawah baliho tersebut kondisi jalan yang menanjak serta menikung tajam itu memang rusak parah. Padahal jalanan tersebut merupakan penghubung antara Kab. Semarang dan kab. Kendal. Entah jalan tersebut masuk ke jalan Desa, Kecamatan, Propinsi atau Nasional, tapi yang terpenting jalan tersebut sering dilalui sebagai jalan alternatif dari kota Semarang menuju  ke desa-desa terluar dari kab. Kendal ataupun ke Bandungan *eh  Kab. Semarang maksudnya, heuheu Salah satu bentuk penyampaian aspirasi ini merupakan paling berani dari yang pernah saya temui. Sebelumnya bentuk protes dari warga untuk masalah serupa contohnya seperti menanam pohon pisang di tengah jalan atau melepaskan benih ikan di tengah jalan yang berlubang (yang biasanya diliput oleh media). Ya mungkin f

Kritik Liputan Media pada Isu Semen Rembang

“bisakah sebuah media benar-benar menelanjangi sebuah kasus?  Bukan hanya menayangkan yang terlihat saja tetapi mengupas tuntas sebuah peristiwa seperti slogan-slogan yang selalu mereka kumandangkan. Tapi sayangnya isi media meainstream macam televisi sudah kebanyakan drama, bukan hanya drama sinetron, kasus pun dibuat mainan layaknya drama“ Malam minggu kali ini terasa sangat berbeda dari biasanya. Bukan karena saya diapeli pacar, tetapi karena saya bisa duduk mesra dengan nenek saya sambil melihat satu saluran TV dengan damai tanpa ada tragedi saling merebut remot. Yang lebih mencengangkan, saya dan nenek saya bisa satu frekuensi (nyambung) berdiskusi mengenai apa yang sedang kami lihat bersama. Saya tak ingat betul apa judul liputan khusus tersebut, tetapi isinya menayangkan mengenai prahara pendirian pabrik semen di kab. Rembang yang sampai saat ini masih bergulir. Aneh sekali sebuah media besar yang notabene juga dimiliki oleh pengusaha besar mau mengangkat isu ini.

Belajar “pergerakan perempuan” dari Emak

Dalam rangka meningkatkan pemasukan (uang saku bulanan) maka saya menulis tulisan ini yang saya tujukan ke khalayak ramai dan ibu saya, sehingga ketika beliau membaca beliau akan langsung terharu (atau bahkan bingung) dan langsung menelpon saya sambil berkata “ nduk, sangune wes tak transfer, sesok ojo lali dicek soale mau karo tak tambahi sitik”, heuheu. Tdak lah..... saya tak segila itu. Kita mulai serius di paragraf kedua saja ya bat.... Sebenarnya kajian mengenai Gender di PMII sidah tak asing lagi, walaupun mungkin hanya disampaikan di MAPABA dan lupa untuk di follow-up i, tetapi paling tidak para kader pergerakan sudah pada mudeng lah sedikit-sedikit mengenai Gender. Bicara mengenai Gender, pasti tak lepas dari Gerakan Perempuan. Mengapa? Karena mayoritas perempuan sendiri lah yang memperjuangkan kesetaraan atas dirinya agar setara dengan kaum laki-laki. Gerakan Perempuan memang sangat Revolusioner dari pra-kemerdekaan hingga saat ini (bayangkan saja jika dahulu ibu

visi dan misi SEMA 2017 STAIN Kudus

Visi Dan Misi Senat Mahasiswa (SEMA) STAIN KUDUS 2017 VISI  “Menjadikan Senat Mahasiswa (SEMA) berperan sebagai montoring aspiratif, legislatif, dan solutif di tengah hiterogenitas Mahasiswa STAIN Kudus” MISI Menyerap dan mengkoomodir sebagai badan normatif dan badan tertinggi mahasiaswa. Melakukan koordinasi dan berperan menyampaikan aspirasi mahasiswa serta melakukan kepada pihak-pihak terkait Merumuskan AD/ART organisasi mahasiswa PTKI berdasar pada peraturan dan perundangan yang berlaku. Mengawasi pengurus dema dalam melaksanakan kebijakan organisasi kemahasiswaan PTKI. Menyelenggarakan musyawarah sebagai wujud kedaulatan tertinggi mahasiswa.  

Merindukan Romantisme Makan Senampan

                 Tulisan ini saya buat setelah ada penyesalan amat dalam setelah menyesap secangkir kopi di tempat yang agak ng’elit’. Bagaimana tidak? ternyata harga yang harus saya bayar setara dengan harga lawuh yang biasanya tak buat beli lawuh yang cukup untuk makan bersama 2-3 sahabat saya.  Tapi gimana lagi, wong wedang wes diombe mosok meh dilepehke meneh basan ngerti regane? Kan tidak begitu to bat? Budaya nongkrong di kucingan memang sudah menjadi kebiasaan bagi mahasiswa berkantong kurus macam saya. Tapi kalau dilihat lihat, setiap malam bertemu dan berkumpul dengan sahabat-sahabat dan kawan di kucingan atau tempat ngopi yang agak elit (walaupun harganya gak begitu melangit) kok bisa bikin jatah bulanan cepat habis ya. Hmmm, kok bisa? Padahal kan harganya gak mahal-mahal amat, masih aman lah. Memang sih, tapi kalau dihitung-hitung.... sekali nongkrong pasti habis es atau kopi segelas, belum sate, belum gorengan, belum lagi nasi (kalo yang lupa belum makan malam), belum l